Kelas
XI semester 1
BAB III
MOBILITAS SOSIAL
Standar
Kompetensi : 1. Memahami struktur sosial serta berbagai faktor penyebab
konflik dan mobilitas sosial
Kompetensi
Dasar : 1.3 Menganalisis hubungan antara struktur sosial
dengan mobilitas sosial
Indikator :
1. Mendefinisikan
pengertian mobilitas sosial
2. Mengidentifikasi
jenis-jenis mobilitas sosial
3. Menjelaskan
saluran mobilitas sosial
4.
Mengidentifikasi dampak mobilitas sosial
Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari materi ini, siswa diharapkan dapat :
1. Dapat
mendefinisikan pengertian mobilitas sosial
2. Dapat
mengidentifikasi jenis-jenis mobilitas sosial
3. Dapat
menjelaskan saluran mobilitas sosial
4.
Dapat mengidentifikasi dampak mobilitas
sosial
A.
Mobilitas
Sosial
1.
Pengertian
Mobilitas sosial dapat juga diartikan sebagai gerak sosial.
Mobilitas sosial adalah
gerak perpindahan seseorang ataupun sekelompok warga dari status sosial yang satu ke status sosial yang lain. Mobilitas sosial dapat terjadi pada setiap sistem pelapisan sosial baik yang terbuka maupun tertutup. Pada masyarakat pelapisan sosial terbuka akan terjadi mobilitas yang tinggi. Artinya, prestasi menentukan status sosial seseorang sehingga memberi peluang yang selebar-lebarnya untuk berpindah status sosial yang lebih tinggi/baik. Sebaliknya, masyarakat yang menganut pelapisan sosial tertutup, akan cenderung berpindah ke status sosial yang sama.
gerak perpindahan seseorang ataupun sekelompok warga dari status sosial yang satu ke status sosial yang lain. Mobilitas sosial dapat terjadi pada setiap sistem pelapisan sosial baik yang terbuka maupun tertutup. Pada masyarakat pelapisan sosial terbuka akan terjadi mobilitas yang tinggi. Artinya, prestasi menentukan status sosial seseorang sehingga memberi peluang yang selebar-lebarnya untuk berpindah status sosial yang lebih tinggi/baik. Sebaliknya, masyarakat yang menganut pelapisan sosial tertutup, akan cenderung berpindah ke status sosial yang sama.
2.
Jenis-Jenis Mobilitas Sosial
Pada dasarnya jenis mobilitas sosial dibedakan menjadi mobilitas
horizontal dan mobilitas vertikal.
a. Mobilitas Horizontal
Mobilitas horizontal adalah perpindahan status sosial seseorang
atau sekelompok orang dalam lapisan sosial yang sama. Dalam mobilitas
horizontal terjadi perpindahan yang sederajat dan tidak terjadi perubahan
derajat kedudukan seseorang atau sekelompok orang. Ciri utama mobilitas
horizontal adalah lapisan sosial yang ditempati tidak mengalami perubahan.
Mobilitas
horizontal memiliki dua bentuk yaitu bentuk intragenerasi dan antargenerasi.
1)
Mobilitas sosial
horizontal intragenerasi terjadi dalam diri seseorang. Misalnya, seseorang yang
berpindah profesi tanpa melihat status sosialnya (walaupun status sosialnya
lebih rendah) tetapi akhirnya menjadi lebih sukses. Contoh konkretnya seseorang
yang semula bekerja sebagai petani, kemudian beralih menjadi pengusaha.
2)
Mobilitas sosial
horizontal antargenerasi, terjadi antara dua generasi atau lebih. Misalnya,
ayah dan anak. Contoh konkretnya adalah seorang ayah dahulu sebagai petani
sukses. Anaknya, tidak meniru jejak sang ayah, tetapi memilih sebagai seorang
polisi. Contoh lainnya, kakek, ayah, dan anak. Kakeknya dahulu sebagai petani
miskin, ayahnya bekerja sebagai buruh bangunan dan anaknya berprofesi sebagai
makelar karcis kereta api.
b.
Mobilitas Vertikal
Mobilitas vertikal adalah perpindahan status sosial yang dialami
seseorang atau sekelompok warga pada lapisan sosial yang berbeda. Dalam
mobilitas vertikal terjadi perpindahan status yang tidak sederajat dan dapat
dibedakan menjadi perpindahan naik ataupun turun dari strata satu ke strata
yang lain. Mobilitas vertikal yang naik disebut social climbing (upward
mobility) misalnya seorang staf karyawan yang dipromosikan atasan untuk
menjadi kepala sub bagian. Adapun mobilitas sosial yang turun disebut social
sinking (downward mobility), misalnya seorang manajer keuangan melakukan
kesalahan fatal dalam menuliskan laporan keuangan perusahaan, maka ia
diturunkan menjadi staf keuangan.
Mobilitas vertikal dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu mobilitas
vertikal intragenerasi dan antargenerasi.
1)
Mobilitas sosial vertikal
intragenerasi, adalah mobilitas vertikal yang terjadi dalam diri seseorang.
Misalnya, Rudi adalah seorang polisi mula-mula pangkatnya sersan, kemudian naik
menjadi letnan, dan seterusnya. Mobilitas sosial intragenerasi dapat terjadi
naik maupun turun. Contoh mobilitas sosial intragenerasi menurun adalah seorang
polisi yang diturunkan pangkatnya karena kasus pidana.
2)
Mobilitas sosial vertikal
antargenerasi, adalah mobilitas sosial yang terjadi dalam dua generasi atau
lebih. Misalnya, ibunya dahulu seorang dokter, sedangkan anaknya hanya seorang
yang lulus SMA. Hal itu menunjukkan mobilitas vertikal menurun.
3.
Saluran Mobilitas Sosial
a.
Angkatan bersenjata.
Angkatan bersenjata berperan dalam masyarakat dengan sistem
militerisme. Misalnya, dalam keadaan perang. Suatu negara akan mengharap
kemenangan dari suatu peperangan. Jasa seorang prajurit akan dihargai tinggi
oleh masyarakat. Karena jasanya pula ia akan meningkat ke kedudukan yang lebih
tinggi.
b. Lembaga Keagamaan
Lembaga-lembaga keagamaan dapat mengangkat status sosial
seseorang, misalnya yang berjasa dalam perkembangan agama seperti ustad,
pendeta, biksu dan lain lain.
c. Lembaga pendidikan
Lembaga-lembaga pendidikan pada umumnya merupakan saluran yang
konkrit dari mobilitas vertikal ke atas, bahkan dianggap sebagai social elevator
(perangkat) yang bergerak dari kedudukan yang rendah ke kedudukan yang
lebih tinggi. Pendidikan memberikan kesempatan pada setiap orang untuk
mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi.
d. Organisasi Politik
Seperti angkatan bersenjata, organisasi politik memungkinkan
anggotanya yang loyal dan berdedikasi tinggi untuk menempati jabatan yang lebih
tinggi, sehingga status sosialnya meningkat
e. Organisasi Ekonomi
Organisasi ekonomi (seperti perusahaan, koperasi, BUMN dan
lainlain) dapat meningkatkan tingkat pendapatan seseorang. Semakin besar
prestasinya, maka semakin besar jabatannya. Karena jabatannya tinggi akibatnya
pendapatannya bertambah. Karena pendapatannya bertambah akibatnya kekayaannya
bertambah, dan karena kekayaannya bertambah akibatnya status sosialnya di
masyarakat meningkat.
f. Organisasi Keahlian
Organisasi-organisasi keahlian merupakan suatu wadah yang dapat
menampung individu-individu dengan masingmasing keahliannya untuk diperkenalkan
dalam masyarakat. Contoh organisasi keahlian adalah himpunan sarjana ilmu
pengetahuan, persatuan sastrawan, dan organisasi pelukis.
g. Perkawinan
Sebuah perkawinan dapat menaikkan status seseorang. Seorang yang
menikah dengan orang yang memiliki status terpandang akan dihormati karena
pengaruh pasangannya.
4.
Faktor
Pendorong dan Penghambat Mobilitas Sosial
a.
Faktor Pendorong Mobilitas
Sosial
1)
Perubahan
kondisi sosial
2)
Ekspansi
teritorial dan gerak populasi
3)
Komunikasi
yang bebas
4)
Pembagian
kerja
b.
Faktor Penghambat Mobilitas Sosial
1)
Perbedaan rasial
2)
Agama, seperti yang terjadi
di India yang menggunakan sistem kasta
3)
Diskriminasi kelas dalam
sistem kelas terbuka dapat menghalangi mobilitas ke atas
4)
Kemiskinan dapat membatasi
kesempatan bagi seseorang untuk berkembang dan mencapai status sosial tertentu
5)
Perbedaan jenis kelamin
dalam masyarakat juga berpengaruh terhadap prestasi, kekuasaan, status sosial,
dan kesempatankesempatan untuk meningkatkan status sosialnya.
5.
Dampak Mobilitas Sosial
a.
Dampak positif
1)
Orang-orang akan berusaha
untuk berprestasi atau berusaha untuk maju karena adanya kesempatan untuk
pindah strata. Kesempatan ini mendorong orang untuk mau bersaing, dan bekerja
keras agar dapat naik ke strata atas.
2)
Mobilitas sosial akan
lebih mempercepat tingkat perubahan sosial masyarakat ke arah yang lebih baik.
b.
Dampak Negatif
1)
Konflik antargenerasi. Konflik
antar generasi terjadi antara generasi tua yang mempertahankan nilai-nilai lama
dan generasi muda yang ingin mengadakan perubahan.
2)
Berkurangnya
solidaritas kelompok
3)
Menimbulkan ketakutan dan
kegelisahan pada seseorang yang mengalami mobilitas menurun.
4)
Adanya gangguan psikologis
bila seseorang turun dari jabatannya (post power syndrome).
5)
Mengalami frustasi atau
putus asa dan rasa malu bagi orang-orang yang ingin naik ke lapisan atas tetapi
tidak dapat mencapainya.
Kun
Maryati dan Juju Suryawati. (2007). Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI.
Jakarta: Erlangga
Djoko
Wilarso. Modul Sosiologi untuk SMA dan MA kelas XI Semester 1.
Surakarta: CV Pustaka Manggala
Soerjono
Soekanto. 2006. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Tidak ada komentar:
Posting Komentar