Senin, 09 Januari 2012

LATAH BOYBAND-GIRLBAND KOREA DI INDONESIA


Akhir-akhir ini banyak kita jumpai kelompok boyband dan girlband bercita rasa Korea di tanah air, terutama melalui publikasi media televisi. Suksesnya pengaruh K-Pop ke dalam musik Indonesia menciptakan tren dan diikuti banyak orang, terutama dari kalangan muda atau remaja.
Khusus fenomena boyband-girlband ini, memang bukanlah hal baru di negeri ini. Sejak era ’90-an kita sudah disuguhkan Backstreet Boys, Boyzone, Spice Girls, New Kids on the Block, Take That, dan Westlife. Lalu orientasi selera seperti ini sedikit beralih pada awal tahun 2000-an dengan kehadiran F4 yang populer dengan lagu-lagu dan serial Meteor Garden-nya. Tetapi yang mulai menunjukkan hegemoni musik pop akhir-akhir ini adalah para grup boyband dan girlband asal negeri ginseng. Sekarang kita tidak asing dengan nama-nama seperti Super Junior, Girls’ Generation (So Nyeo Shi Dae), Wonder Girls, Shinee, 2NE1, DBSK, Kara,  dan masih banyak lagi.
Tentu saja bisa ditebak arah selanjutnya, yaitu para penguasa pasar musik dalam negeri mulai membidik selera tersebut dengan menciptakan girlband dan boyband sejenis, tetapi produk lokal. Maka muncul SM*SH, 7 Icons, Cherrybelle, Super Girlies, Max5 , Treeji , XOIX , Blink, Dragon Boyz. Saya yakin girband dan boyband lain akan segera muncul. Namun sepertinya produk lokal ini akan hadir terus, terlepas dari kehadiran mereka akibat kepopuleran grup-grup asal Korea, dan yang paling parah kehadiran mereka dianggap  ‘tiruan’, ‘jiplakan’, dan atribut negatif peniruan lainnya.
Tapi lagi-lagi masalah jati diri atau identitas yang akan selalu dipermasalahkan kepada mereka. Suka atau tidak, kehadiran mereka dalam blantika musik Indonesia adalah berkat populernya boyband girlband K-Pop. Sehingga pandangan pragmatis dan sinis terhadap mereka karena mereka hadir disebabkan oleh latah, dan hobi suka meniru, menjadi pembenaran yang nyata. Kehadiran mereka sekaligus membuat batas antara ‘terinspirasi’ dengan ‘meniru’ menjadi sama saja dan tidak pernah jelas.
Grup vokal berjenis boyband girlband tidak asing dalam industri musik, tetapi mereka bisa menciptakan citarasanya sendiri. Sementara di Indonesia, kita berhadapan dengan sikap ‘sinis tapi suka’ dengan produk sejenis tanpa jatidiri.
Sebenarnya grup-grup musik lokal di Negara kita berprospek cerah, jika saja pandangan-pandangan sinis dan pragmatis tadi bisa dijawab dengan kemampuan dan kesan yang berbeda dari grup-grup asal Korea. Tidak perlu membawa isu negara dan budaya di sini, tapi cukup tampilkan identitas yang berbeda. Sehingga kata-kata ‘terinspirasi’ tidak disalahgunakan dan menjadi pembenaran. Tapi kemasan penyajianlah yang sekarang menentukan ketimbang kemampuan olah vokal saja. Sekarang zamannya visual, menikmati musik tidak sekedar suara merdu dan lirik manis, tetapi juga wajah-wajah ganteng dan cantik dibarengi gerakan koreografi yang keren dan energik. Semua didapatkan dari grup-grup asal Korea tersebut. Jika saja kita bisa mengolah tren dengan lebih baik, kita akan selalu menjadi tuan rumah di negeri sendiri terhadap budaya yang kita ciptakan atau kita adaptasi dari budaya lainnya.
http://padangekspres.co.id/?news=berita&id=20797

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

oleh Kurnia Dwi Sulistiani